Penulis : dr. Ellen Theodora

Dehidrasi pada anak dapat memicu sejumlah gangguan kesehatan. Bagaimana cara menyiasatinya?

Dehidrasi merupakan suatu kondisi ketika tubuh kekurangan cairan dari yang seharusnya. Sebagai manusia, air sangat dibutuhkan untuk bertahan hidup. Tubuh manusia yang terdiri atas 60% air, termasuk otak yang memiliki kira-kira 70% air dan paru-paru sekitar 90% air. Itulah sebabnya penting untuk tetap terhidrasi agar tubuh dapat melakukan fungsinya dengan baik.

Penyebab, gejala, dan cara mengatasi dehidrasi
Jika anak mengalami dehidrasi, berbagai gangguan pada tubuh dapat terjadi. Pada kasus yang parah, dehidrasi dapat berujung pada kegagalan fungsi organ bahkan kematian. Hal ini dikarenakan dehidrasi dengan derajat yang cukup berat dapat memengaruhi keseimbangan elektrolit. Elektrolit adalah komponen yang sangat penting karena berfungsi mengontrol fungsi otot dan irama jantung.

Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena dehidrasi karena mereka memiliki proporsi cairan yang lebih besar daripada orang dewasa. Mereka juga dapat kehilangan lebih banyak cairan secara cepat. Penyebab utama dehidrasi pada anak adalah demam, diare, dan muntah. Selain itu, juga bisa dipicu oleh iklim, aktivitas olahraga, dan asupan yang dikonsumsi.

Gejala dehidrasi pada anak yang harus diwaspadai adalah bibir kering, rasa haus terus-menerus, serta berkurangnya jumlah buang air kecil. Dalam keadaan gawat darurat, dapat pula disertai dengan air mata yang sedikit atau bahkan tidak keluar air mata, mata cekung, dan terlihat lemah.

Penting untuk mengetahui tanda-tanda awal dehidrasi dan merespons dengan cepat jika anak Anda memilikinya. Tujuannya adalah agar Anda dapat segera mengganti cairan yang hilang dan mengembalikan cairan tubuh anak ke tingkat normal.

Anak yang mengalami dehidrasi ringan karena banyak aktivitas harus mencukupi kebutuhan cairan mereka dengan memadai. Air putih adalah pilihan yang terbaik. Mereka juga harus beristirahat di tempat yang sejuk sampai cairan yang hilang terganti.

Sementara itu, anak yang mengalami dehidrasi ringan karena diare, dapat diberikan cairan rehidrasi oral (CRO) atau disebut juga oralit. CRO diberikan sedikit-sedikit tapi sering, menggunakan spuit oral, sendok takar atau gelas. Untuk mencegah dehidrasi pada anak diare, CRO dapat diberikan setiap kali muntah atau diare.

Minuman yang dapat membuat dehidrasi
Dehidrasi sering disebabkan oleh keadaan suhu yang kurang mendukung, kegiatan yang terlalu melelahkan, serta makanan atau minuman yang justru membuat dehidrasi bertambah. Rehidrasi atau mengembalikan dehidrasi dengan cairan tambahan memang cara yang paling tepat untuk menangani hal ini. Namun, ada beberapa minuman yang tidak boleh diberikan saat dehidrasi karena justru dapat membuat kondisi anak lebih parah.

Berdasarkan penelitian, minuman bersoda dapat menimbulkan dehidrasi. Hal ini dikarenakan minuman bersoda mengandung kafein. Kafein ini memiliki zat diuretik yang dapat meningkatkan pengeluaran air seni. Selain itu, kafein juga dapat menyebabkan hiperaktivitas, kecemasan, dan kurang tidur sehingga dapat mengakibatkan dehidrasi.

Selain kafein, perlu diperhatikan pula minuman yang mengandung karbohidrat. Pada minuman energi biasanya banyak mengandung karbohidrat, dan ini dapat memperlambat penyerapan cairan ke dalam darah sehingga dapat memicu dehidrasi.

Minuman yang paling aman untuk anak yang mengalami dehidrasi adalah air putih. Sementara itu, pemberian susu pada anak tidak perlu dikhawatirkan. Karena susu tidak memiliki kandungan yang dapat mengganggu terjadinya proses dehidrasi. Hal yang terpenting, perhatikan keadaan anak dan konsultasikan langsung dengan dokter jika ditemukan adanya tanda-tanda dehidrasi.